Kamis, 25 April 2013

Bangsa-Bangsa Kambing Perah

Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari dan telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, namun skala usahanya masih terbatas dengan sistem pemeliharaan dan perkembangbiakan yang masih tradisional. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50-150 gr/hari atau dilakukan pemerahan susu, maka hasilnya akan meningkat dan dapat dijadikan cabang usaha tani ataupun usaha pokok. Ada hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu : harus mengenal bangsa kambing dan ciri-ciri kambing untuk bibit, bahan pakan dan cara pemberiannya, dan tata laksana.
Pemeliharaan ternak kambing yang sangat mudah karena tidak membutuhkan keterampilan yang khusus, sehingga peternak barupun mampu secara cepat belajar manajemen pemeliharaan. Usaha ternak di pedesaan, tidak memerlukan modal yang besar, karena dapat dilakukan dengan sistem gaduhan (bagi hasil anak), ataupun dengan pembelian induk yang tidak terlalu mahal bila dibandingkan ternak besar serta siklus perputaraan modal relatif singkat. Penyediaan sumber pakan hijauan yang ada di pedesaan umumnya cukup berlimpah seperti rumput lapangan, leguminosa, limbah pertanian (limbah sayuran, tanaman pangan, perkebunan), dan lainnya. Selain itu, dalam berusaha ternak kambing/domba tidak perlu memiliki lahan yang luas, hanya diperlukan kandang (sesuai dengan jumlah yang dipelihara), pakan yang dapat diambil dari kebun, lapangan umum, atau di gembalakan di lahan-lahan umum (lapangan, dibawah perkebunan dan lainnya).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas beberapa bangsa-bangsa kambing perah, baik yang dikembangkan di Indonesia atau yang tidak.


PEMBAHASAN
Selain kambing penghasil daging, ada kambing yang digunakan sebagai penghasil susu atau kambing tipe perah. Kambing ini mampu menghasilkan susu walaupun produktivitasnya rendah, namun harga susu kambing lebih mahal dibanding susu sapi. Berikut beberapa kambing tipe perah :

1.    Kambing Saanen
Kambing Saanen, namanya diambil dari daerah asalnya, yakni di lembah Saanen, Negara Swiss. Kambing Saanen ini adalah kambing yang di pelihara atau diternakkan untuk diambil susunya.
Kambing Saanen ini adalah jenis kambing perah yang tubuhnya termasuk besar. Dimana jenis jantan nya bisa mempunyai berat kira-kira  90 kg dan betina  60kg. Jantan tingginya kira-kira 90cm, sedangkan betina 80 cm. Berat lahir anak kambing saanen adalah 3 kg untuk jantan dan 3.3 kg untuk betina.



Kambing Saanen betina memproduksi susu sampai dengan 3.8 liter per hari. Kandungan lemak susunya bisa mencapai 2.5% – 3%. Sama dengan kambing Alpines, kambing saanen ini dipelihara sebagai kambing perah yang popular di Eropa. Per tahunnya kambing saanen betina dapat menghasilkan anak 1 – 2 ekor.
Kambing saanen memiliki perilaku yang tenang dan kalem. Karena itulah kambing saanen sangat mudah untuk dipelihara. Kadangkala kambing saanen ini juga sering ditampilkan dalam pertunjukan sirkus, untuk memainkan atraksi atraksi kecakapan.



Warna bulu yang popular adalah putih, kadangkala juga bisa dijumpai kambing saanen berwarna krem. Tulang yang panjang dan besar adalah salah satu ciri khasnya, Telinganya tegak, hidung lurus, Jantan dan betina biasanya memiliki janggut – sering kali janggut ini dipangkas dalam pertunjukan, baik jantan ataupun betina memiliki tanduk.
Kambing perah ini sensitive terhadap sinar matahari yang berlebihan, kondisi kesehatan yang terbaik dicapai jika kambing hidup di daerah dingin. Dianjurkan untuk memberikan naungan agar terhindar dari mataharai dan embun yang berlebihan.
Mereka biasanya makan rerumputan, jerami dan biji-bijian ,minum kira-kira 3liter air per harinya. Penyebarannya sudah mencapai berbagai belahan dunia, Inggris, Amerika, Australia bahkan Indonesia. Di tempat tempat tersebut Kambing Saanen disilangkan lagi di Inggris disilangkan dengan kambing setempat dan dihasilkan jenis British Saanen. Di Indonesia disilangkan dengan jenis Peranakan Ettawa. Di Selandia baru ada jenis kambing Sable, yang juga merupakan keturunan dari kambing Saanen.

2.    Kambing Etawah (Jamnapari)
. Kambing Etawah asli atau dikenal dengan kambing Jamnapari berasal dari daerah Jamnapari India. Kambing Etawah mempunyai ciri-ciri dahi dan hidungnya cembung, telinga panjang (30 cm) dan terkulai ke bawah, baik jantan maupun betina bertanduk pendek, kaki panjang dan berbulu panjang pada garis belakang kaki, warna bulu belang hitam putih atau merah, atau coklat putih. Tinggi kambing jantan berkisar antara 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang betina hanya mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai sekitar 68-91 kilogram, sedangkan betina hanya mencapai 36-63 kilogram.



Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hingga 3 liter/ekor/hari, dengan ambing relatif besar dan panjang seperti botol. Keturunan silangan (hibrida) kambing etawa dengan kambing lokal dikenal sebagai kambing “Peranakan etawa” atau “PE”. Kambing PE berukuran hampir sama dengan etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia.




3.    Kambing Alpine
Kambing Alpine dalah jenis kambing yang berasal dari pegunungan Alpine, Perancis. Jenis kambing ini tersebar di negara Perancis, Swiss dan Amerika. Jenis yang paling besar dilihat dari bentuk dan besarnya nilai produksi adalah jenis yang dibawa ke Amerika.


Warna bulu kambing ini adalah putih murni terdapat warna coklat kekuningan, abu-abu, cokelat, hitam, merah, menggertak, belang-belang, atau berbagai bayang-bayang atau kombinasi dari warna-warna ini. Warna muka ada garis putih di atas hidung. Kedua jenis kelamin umumnya berbulu pendek, tapi biasanya betina memiliki bulu panjang sepanjang tulang belakang. Janggut juga dapat ditemukan pada jenis kelamin betina. Kambing ini ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk, tubuhnya besar dan tingginya sama dengan kambing Saanen. Telinga dalam Alpine berukuran sedang, bertekstur halus, dan lebih tegak. Ukuran kambing alpines adalah : Betina : tinggi sekitar 30 inchi, berat 135 ponds. Jantan : tinggi sekitar 34-44 inchi, berat : 170 ponds.


Kambing betina adalah penghasil susu yang baik untuk anaknya karena jenis ambing yang berbentuk kerucut menyerupai dot. Sehingga anak kambing sangat mudah untuk menyusu. Walaupun aslinya hidup di daerah yang dingin tapi jenis kambing alpines sangat mudah berdaptasi dan berkembang biak di jenis cuaca tempatnya hidup.

4.    Kambing (Anglo)-Nubian
Kambing Anglo Nubian dikembangkan di Inggris, di Amerika dikenal dengan nama Nubia. Kambing Anglo Nubian ini hasil dari persilangan antara Kambing asal Afrika dengan kambing asal  India.

Kambing Anglo Nubian merupakan kambing serba guna, berguna sebagai kambing perah dan kambing potong yang  diambil daging atau susunya. Jenis Ini bukan produsen susu yang baik namun memiliki rata-rata  kandungan lemak mentega yang tinggi (antara empat dan lima persen). Musim kawin Kambing Anglo Nubian lebih lama dari pada kambing keturunan Swiss sehingga memungkinkan untuk menghasilkan susu sepanjang tahun.


Kambing Anglo Nubian ini paling cocok untuk diternakkan di daerah yang panas. Karena merupakan kambing yang dapat digunakan sebagai kambing perah dan kambing potong banyak negara yang telah menggunakan jenis kambing Anglo Nubian ini untuk proses Grading Up ( proses memperbaiki keturunan ) hasil susu dan daging dari kambing keturunan lokal.
Kambing Anglo Nubian adalah kambing perah yang menghasilkan susu dengan jumlah lumayan banyak dan dapat diperah dalam jangka waktu yang lama, selain itu juga dapat digunakan sebagai kambing potong. Hal tersebut yang menjadikan menternakkan kambing jenis ini sangat bagus prospeknya. Kambing ini dinamakan Nubia karena awalnya ditemukan di daerah timur laut Afrika, Arab dan India.  Peternak dari Inggris mengimport kambing ini pada tahun 1895 untuk dikembangkan lebih lanjut di negaranya. Kambing yang merupakan kambing dual purpose ini disebut Nubia di Amerika.



Penampilan jenis kambing Anglo-Nubian dianggap sebagai “aristokrat” kaarena telinga yang panjang, terjumbai dan tergantung dekat kepala dan membawa jelas hidung romawi dan selalu berbulu pendek, berkaki panjang dan dapat menyesuaikan diri di daerah panas. Kambing Anglo nubia mempunyai banyak kombinasi warna, namun yang umum adalah merah hitam dan coklat biasanya datang dengan kombinasi dengan warna putih. Jenis kambing Anglo Nubian jantan memiliki bulu yang pendek di bagian dada, punggung dan paha.
Kambing betina memiliki bagian ambing yang besar dan terjumbai, jika dibandingkan dengan kambing keturunan swiss atau eropa, jumbai pada ambingnya lebih panjang. Susu yang dihasilkan memang lebih sedikit dibandingkan dengan kambing keturunan swiss namun memiliki kadar lemak susu ( butterfat ) yang lebih tinggi. Kambing ini merupakan kambing yang subur (beranak kembar) dan ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk.
Kambing betina memiliki tinggi kira-kira 76cm  beratnya sekitar 60 kg, sedangkan yang jantan tingginya mulai 88cm dan beratnya 78 kg. Bagian kepala berkembang dengan karakteristik yang khas, profil wajah diantara mata dan moncongnya sangat cembung. Mempunyai telinga yang panjang yang terjumbai lebih dari moncongnya namun tidak lebar dan tidak melipat seperti kambing Ettawa, bentuk telinganya tersebut agak kaku.  Rambut kepalanya halus dan mengkilap.

5.    Kambing Hitam Anatolia
Kambing ini berkembang biak daerah anatolia, turki, dikembang biak kan sebagai kambing perah, potong atau pedaging dan diambil serat atau bulunya. kambing jenis ini termasuk jenis kambing yang berasal dari daerah Suriah.




6.    Kambing Appenzel
Kambing ini berbulu putih dengan  bulu yang panjangnya sedang, memiliki perpaduan anggota tubuh yang baik. Bentuk tubuh yang lebih lebar dan lebih kecil dibandingkan kambing saanen. Jantan tingginya berkisar 75-85cm berat 65kg sedangkan betina 70-80cm berat 45kg.

Kambing ini berkembang biak di Negara Swiss, daerah sebaran nya sekitar Canton Appenzell, St.Gallen (Togeburg), di Canton Zurich dibiakkan jenis salah satu jenis Appenzell yang merupakan hasil dari persilangan antara Appenzell dengan Saanen. Saat ini jumlahya sangat sedikit. Produksi susu pada periode menyusui hamper sama dengan kambing jenis lain yaitu: 700-800kg, Lemak 2,9%, protein 2,7% , durasi laktasi 270 hari.



7.    Kambing Argentata

Kambing Argentata dari sekitar Gunung Etna di bagian timur sisilia dan daerah penyebarannya ada sekitar di Provinsi Catania, Messina, Enna, dan  Palermo. Asal Usul jenis ini sangat tidak dikenal dan sekarang sudah menjadi sangat langka.

Namanya yang diterjemahkan Sebagai Argentata Perak diambil dari warna bulunya, yaitu percampuran antara putih dan abu-abu hitam. Jenis kambing ini adalah kambing yang diambil susunya dan secara tradisioal susunya diperah untuk bahan pembuatan keju dari timur Sisilia.

8.    Kambing Bhuj

Kambing bhuj ini juga dikenal dengan nama Bhuj Brasileira. Kambing Bhuj ini ditemukan di daerah tenggara Brazil. Kambing ini adalah kambing dwiguna, sebagai kambing perah yang diambil susu dan Kambing potong yang diambil dagingnya. Kambing ini biasanya berwarna hitam dengan sedikit warna putih di bulunya. Bentuk hidung kambing Bhuj ini convex, atau dikenal juga dengan bentuk “roman nose”, bentuk yang sama dengan bentuk hidung kambing ettawa. Asal kambing ini adalah dari kambing jenis Kutchi di India.


9.    Kambing Bionda Deladamello
The “Bionda dell ‘Adamello” adalah kambing lokal dari Italia utara Region Lombardia. Namanya diambil dari warna bulunya. Bionda dalam bahasa Italia berarti Fair – dan dari gunung “Adamello” yang merupakan bagian dari Pegunungan Alpen Italia. Termasuk dalam populasi kambing yang disebut kambing Alpine.

Pada awal perkembangannya kambing ini merupakan jenis kambing yang menyebar luas di kawasan Val Camonica-Region Lombardia, district of Brescia, Italia Utara. Banyak foto dan saksi-saksi lisan mengkonfirmasi kehadirannya. Hari ini, kambing jenis  “Bionda dell’Adamello” masih dibesarkan terutama di lembah ini dan secara keseluruhan terdapat 40 kelompok yang berjumlah hampir 1.200 kambing di Lombardia.
Pembiakan kambing jenis Bionda dell ‘Adamello biasanya dibesarkan dalam kawanan kecil 15 hingga 20 hewan. Kambing ini merupakan kambing perah yang diambil susunya, yang digunakan untuk produksi keju, pemerahan dilakukan setelah penyapihan anak-anak.

Kambing ini memiliki bulu sangat panjang dengan warnanya cokelat muda. Pada bagian kaki, telinga, bagian dalam paha dan perut berwarna putih.

10.  Kambing Toggenburg
Kambing Toggenburg adalah kambing perah yang ditemukan dan berkembang biak di lembah Toggenburg, Swiss. Kambing Toggenburg memiliki bentuk tubuh yang sedang dan memiliki produksi susu yang jumlahnya tidak banyak jika dibandingkan kambing perah lainnya seperti misalnya kambing Saanen, Anglo Nubian, Argentata atau Bionda DelAdamello.  Kandungan lemak susu ( butterfat ) nya pun termasuk rendah , hanya sekitar 2-3 %, sedangkan kadar protein nya 2,8%.


Kambing perah ini memiliki warna seragam dan jarang yang memiliki beberapa warna sekaligus dalam satu tubuh.  Warnanya mulia dari coklat keuningan sampai coklat tua gelap. Pada bagian kepala memiliki warna putih demikian juga pada bagian telinga dan kakinya (mulai dari bagian lutut ke bawah).
Kambing ini memiliki tanda putih yang berbeda: telinga putih dengan bercak gelap di tengah, dua garis putih di wajah dari atas masing-masing mata untuk moncong, kaki belakang putih dari hocks untuk kuku, kaki depan dari lutut ke bawah putih dengan garis gelap di bawah lutut diterima, sebuah segitiga putih di kedua sisi ekor.


Produksi susu dapat maksimal jika kambing ini dikembang biakkan pada suhu atau cuaca yang dingin.  Memilik waktu laktasi sekitar 5 bulan atau 257 hari.  Untuk memproduksi susu secara maksimal kambing ini harus dikandangkan dan tidak dibiarkan berkeliaran di padang rumput secara bebas. Jika diperah terus selama 365 hari maka akan didapatkan jumlah susu 2-4liter/harinya.
Kuku kambing harus rutin dipotong setiap 4 – 8 minggu sekali. Mereka memerlukan pakan yang mengandung 12-18% protein agar bisa berkembang biak secara maksimal. Tidak diperkenankan yang mengandung Urea karena sangat mempengaruhi pencernanaan mereka.  Kambing ini memerlukan air yang cukup, dan harus selalu tersedia di sekitaan mereka. Kambing Toggenburg jantan sudah dapat dikatakan dewasa sejak umur 7 bulan dan siap kawin. Sedangkan betinanya mulai umur 7 – 8 bulan.
Kambing Toggenburg adalah salah satu kambing perah yang sudah sejak lama dikenal manusia, dapat dibilang termasuk yang tertua. Sudah  mulai diperah sejak tahun 1600. Kambing perah ini sudah menyebar ke seluruh dunia, bahkan sudah masuk ke Amerika sejak tahun 1853.
Kambing Toggenburg yang baik haruslah memiliki badan yang kompak. Memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi. Ambing susunya lumayan besar namun tidak menjuntai kebawah, kencang. .Bulunya pendek dan halus.  Bentuk kepalanya lurus atau dishes. Telinganya tegak kea rah atas.  Berat kambing Toggenburg dewasa rata-rata sekitar 55 kg. Perilakunya tenang dan ramah sehingga banyak juga dijadikan hewan peliharaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar