Sabtu, 31 Agustus 2013

Ayam sentul

Ayam Sentul merupakan ayam lokal di Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Ayam Sentul dipiara secara semi intensif dan dapat dijadikan komoditas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Ciamis (Iskandar et al., 2004a). Ayam Sentul merupakan ayam lokal yang cukup baik tingkat produksinya dimana pertumbuhanya relatif lebih cepat dan produksi telur tinggi. Menurut Puslitbangnak  (2011). dibandingkan rumpun ayam lokal lain, ayam sentul dapat dikatakan lebih unggul dalam memproduksi telur dan daging, sehingga ayam Sentul dapat dikategorikan termasuk tipe dwiguna (pedaging dan petelur).
Ayam Sentul merupakan ayam lokal/ayam buras asal kabupaten Ciamis-Jawa Barat, kata Sentul berasal dari bahasa Jawa yang artinya “Kekuning-kuningan atau Kuning Keabu-abuan”. Sementara itu di daerah Ciamis ada semacam buah yang warnanya Abu-abu kekuning-kuningan, oleh karena itu ayam yang berkembang di daerah Ciamis yang mempunyai warna Abu-abu kekuning-kuningan disebut ayam Sentul.
Menurut sejarah ayam Ciamis atau ayam Sentul adalah ternak ayam peninggalan Satria Ciung Wanara dari perkawinan Raja Galuh dengan Naganingrum. Berdasarkan hikayat, setelah dilahirkan Ciung Wanara dihanyutkan ke Sungai Citanduy karena bukan Permaisuri Bramawidjaja (Raja Galuh) yang sah. Sewaktu dihanyutkan dalam perahunya dibekali 2 butir telur ayam, selanjutnya Ciung Wanara ditemukan oleh kakek dan nenek Balangantrang. Sambil mengurus Ciung Wanara, telur ayam dicoba dieramkan bertempat di daerah Naga Wiru (Ciamis Kota sekarang). Setelah menetas, oleh kakek dan nenek Balangantrang terus dipiara dan berkembang dengan baik, diantara keturunannya terdapat ayam sentul jantan dengan warna bulu “Jalak Harupat”. Ayam tersebut sangat disayangi oleh Ciung Wanara dan kemudian diberi nama “Si Jelug” dalam setiap kontes ketangkasan Si Jelug selalu keluar jadi pemenang. Pada saat Ciung Wanara mengikuti kontes ketangkasan dengan ayam para bangsawan Tatar Galuh selalu menang sehingga menarik perhatian raja Galuh untuk menandingkan ternak ayam miliknya dengan taruhan sebagian wilayah kerajaan Galuh. Ciung Wanara menang dan mendapatkan sebagian Wilayah Galuh. Melihat sejarahnya kiranya sudah sepantasnya bila ayam sentul dapat berkembang dengan baik di Tatar Galuh khususnya daerah Ciamis.

Iskandar et al.(2004b) menjelaskan bahwa kepemilikan ayam Sentul per kepala keluarga relatif kecil meskipun ayam ini tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Ciamis.

Ayam Sentul merupakan tipe ayam lokal yang dwiguna yaitu mampu menghasilkan daging dan telur. Widjastuti (1999) menyatakan bahwa fertilitas telur ayam Sentul yang dipelihara pada dua sistem alas kandang yang berbeda yaitu sebesar 80% pada kandang cage dan 79% pada kandang litter, sedangkan daya tetas telur ayam Sentul yaitu sebesar 68,41% pada kandang cage dan 67,13% pada kandang litter. Nurhayati (2001) menjelaskan berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Desa Muktisari Kabupaten Ciamis bahwa ayam Sentul memiliki bobot badan dewasa pada jantan sebesar 2.603,8 ± 207 g dan betina 1.408 ± 123 g, pertambahan bobt badan 70,30 ± 16,87 g/hari, jumlah telur 17 ± 1 butir dan daya tetas telur secara pengeraman alami sebesar 88,22 ± 10,2 % (waktu bertelur 21 ± 3 hari, mengeram 21 hari, mengasuh anak 60 hari dan masa istirahat 12 ± 1,5 hari). Iskandar et al. (2004b) berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di desa yang berbeda dari Nurhayati (2001) dan Iskandar et al. (2005) menyatakan bahwa bobot badan dan tinggi badan masing-masing untuk betina 1.850 g dan 46 cm dan jantan 2.500 g dan 54 cm. Nataamijaya (2005) menyatakan bahwa ayam Sentul mampu bertelur sampai sebanyak 26 butir/periode. Rataan ukuran tubuh ayam Sentul yang selengkapnya disajikan pada Tabel 3. Pemeliharaan ayam Sentul secara intensif di dalam kandang batere mampu menghasilkan telur hen day mencapai 57,14% dengan konversi pakan sebesar 3,77 (Iskandar et al., 2006).

*maaf ini hanya bahan untuk tinpus

1 komentar: