Ayam Sentul Abu Jantan |
Ayam
Sentul memiliki beragam galur atau strain
antara lain Sentul Abu (Kulawu), Putih (Debu), Emas (Jambe), Geni, dan Batu.
Ayam Sentul secara umum memiliki warna bulu Abu-abu atau kelabu sebagai warna
dasar yang dihiasi warna lain (Nataamijaya et
al. 2003). Dibandingkan dengan galur-galur yang lain Sentul galur Abu dan
Putih lebih dominan sehingga dipilih dua galur tersebut dengan harapan dapat
memunculkan keseragaman dan menjadi ciri khas dari ayam Sentul tersebut. Pelestarian
keragaman genetik ayam Sentul diperlukan dalam upaya mempertahankan sifat-sifat
khas ayam Sentul yang dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Salah satu cara
identifikasi keragaman genetik ayam Sentul adalah mengukur morfologi dari ayam
Sentul. Identifikasi dilakukan dengan cara menemukan penciri dari ayam Sentul
berdasarkan ukuran (size) dan bentuk
(shape).
Bentuk dan ukuran tubuh ini dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan.
Tiap
jenis ayam mempunyai ciri khas dari bagian tubuhnya baik ukuran maupun bentuk
yang masing-masing merupakan faktor
penciri.
Tersebarnya ayam Sentul dibeberapa wilayah menyebabkan terjadinya percampuran
dengan ayam kampung lainnya, sehingga untuk mendapatkan ayam Sentul yang masih
murni masih harus diusahakan yang
didasarkan atas ciri-ciri kualitatif dan
kuantitatifnya. Ayam Sentul saat ini juga sudah berkurang
populasinya di masyarakat, sehingga untuk melestarikanya harus dilakukan dengan
berbagai cara. Adanya ciri-ciri kuantitatif dan kualitatif ayam Sentul harus
terus-menerus dipelajari agar informasi ayam ini lama-kelamaan tidak menghilang,
untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang bobot badan
ukuran-ukuran tubuh dua galur ayam Sentul galur Abu dan galur Putih serta perbedaan keduanya. Kedua galur tersebut diteliti dan dikembangkan di
Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor untuk dijadikan galur ayam ras lokal
pedaging.
BAHAN DAN METODE
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dua galur ayam Sentul (Sentul Abu/Kulawu dan Sentul Putih/Debu) yang telah
mencapai dewasa tubuh di Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor. Ayam Sentul yang
diteliti adalah ayam dewasa generasi ketiga hasil pemurnian ayam Sentul secara
kualitatif kedua warna bulu di atas dan diikuti dengan seleksi pada ayam jantan
dengan kriteria bobot badan umur 10 minggu. Jumlah ayam jantan dewasa yang digunakan
sebanyak 20 ekor galur Abu dan 25 ekor galur Putih, sedangkan jumlah betina
dewasa untuk masing-masing galur yang digunakan sebanyak 30 ekor. Rata-rata
umur ayam yang digunakan adalah 644 hari (92 minggu). Peubah yang diamati
meliputi bobot badan (BB), panjang dada (PD), lingkar dada (LD), panjang paha
atas(PPA)/os. femur, panjang paha
bawah (PPB) /os.tibia, dan panjang shank (PSh)/os.metatarsus.
Peralatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah timbangan gantung kapasitas 7 kilogram dengan
ketelitian 0,1 kilogram, digunakan untuk menimbang bobot tubuh ayam Sentul
(satuan kilogram); pita ukur dengan panjang 150 cm ketelitian 0,01 cm, untuk
mengukur panjang, lebar, dan keliling bagian-bagian tubuh yang diamati; dan alat
tulis digunkan untuk mencatat hasil pengukuran.
Data sifat kuantitatif yang diperoleh dianalisis
dengan rumus statistik deskriptif yang dikemukakan Sudjana, (2002), meliputi Rata-rata, Ragam, Simpangan baku, Koevisien Variasi (KV), Dugaan Rata-rata Populasi. Guna diperoleh mengetahuai perbedaan antara ayam
Sentul Abu dan Putih, data yang di perolehan dianalisis dengan uji perbandingan
rata-rata, yaitu uji t tidak berpasangan
(Sudjana, 2002)
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Bobot
Badan (BB)
Bobot badan dalam
usaha produksi daging ayam sangat penting. Bobot badan yang tinggi,
menggambarkan pertumbuhan yang baik serta perdagingan yang banyak. Berdasarkan Tabel 1 di atas, rata-rata bobot badan ayam yang
paling besar yaitu Ayam Sentul galur Abu jenis kelamin Jantan. Jantan 2.892,9 g dan pada
betina 1.983,9 g; Sentul galur Putih
jenis kelamin jantan memiliki bobot rata-rata 2.882,3 g dan pada betina 2.012,4
g. Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa bobot badan ayam Sentul dewasa
2.244,0 g pada jantan dan 1.589,0 g pada betina (Munggaran, 2004). Berdasarkan
data tersebut rata-rata bobot badan hasil penelitian relatif lebih tinggi dari
data yang dikemukakan Munggaran (2004). Kondisi ini mengindikasi adanya
kenaikan bobot badan cukup besar yang diakibatkan oleh adanya seleksi pada ayam
Sentul yang diteliti. Ayam Sentul dewasa
yang diteliti adalah hasil seleksi yang merupakan generasi ke tiga dari
tetuanya. Selain pengaruh seleksi, sistem pemeliharaan, keadaan lingkungan, dan
pemberian pakan juga berpengaruh terhadap bobot badan.
Hasil perhitungan pendugaan nilai rata-rata populasi
bobot badan ayam Sentul betina Abu berkisar antara 1.866,1 gram sampai dengan
2.101,6 gram, sementara untuk betina Putih 1.861,6 gram sampai dengan 2.163,2
gram. Adapun nilai rata-rata jantan galur Abu 2.776,9 gram sampai dengan
3.009,0 gram, dan jantan Putih 2.742,0 gram sampai dengan 3.022,6 gram.
Dilihat dari nilai koefisien variasi bobot badan
ayam Sentul galur Abu cenderung lebih seragam pada jenis kelamin jantan (9,7%),
dibandingkan dengan betina (15,9%). Demikian halnya dengan galur Abu, ayam
Sentul galur Putih juga menunjukkan keseragaman yang lebih tinggi pada jenis
kelamin jantan (10,4%) dibandingkan dengan betina (20,1%). Budiarto (2002)
menyatakan apabila nilai koefisien variasi kurang dari 10% maka dinyatakan
seragam. Jenis kelamin betina galur Abu dan putih nilai koefisien variasi lebih
tinggi dari jantan atau tidak seragam sedangkan jenis kelamin jantan galur Abu
dan Putih seragam. Hal ini dipengaruhi kriteria seleksi, dimana pada jenis
kelamin jantan pada umur 10 minggu telah diseleksi berdasarkan bobot badan
sehingga pada jenis kelmin jantan seragam dari pada jenis kelamin betina yang
tidak dilakukan seleksi yang sama.
Guna mengetahai perbedaan antara Sentul galur Abu
dan Putih, maka dilakukan uji t-student. Hasil
uji t-student menunjukan bahwa
perbandingan antara bobot badan Sentul galur Abu dan Putih jenis kelamin jantan
dan betina tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa galur Abu
dan Putih pada ayam Sentul jantan dan betina tidak ada perbedaan bobot badan.
Tidak berbeda nyata tersebut disebabkan
oleh kriteria seleksi yang sama yaitu bobot badan umur 10 minggu (Iskandar et al., 2012). Selain seleksi tersebut
yang dapat menyebabkan kesamaan bobot badan antara dua galur ayam Sentul
tersebut adalah genetik antar keduanya yang kemudian didukung oleh keadaan
lingkungan seperti kebutuhan pakan, suhu, kelembaban dan sistem pemeliharaan. Sesuai
dengan pendapat Mansjoer (1985) yang menyatakan siafat kuntitatif dipengaruhi
oleh sejumlah pasang gen yang bereaksi secara aditif (dominan maupun
epistatik), dan lingkungan dapat mempengaruhi keragaman sifat fenotipik.
Ukuran
Panjang Dada (PD)
Dada
merupakan tempat peletakan daging yang banyak, sehingga dapat menunjukkan
produksi daging (Mansjoer, 1985). Hasil penelitian mengenai ukuran
panjang dada dua galur ayam Sentul galur
Abu dan Putih dapat dilihat pada Tabel 1,
menunjukkan rata-rata panjang dada pada ayam Sentul galur Abu jenis kelamin
betina 15,1 cm dan pada jantan 17,4 cm, sedangkan pada galur Putih jenis
kelamin betina 15,0 cm dan pada jantan 17,5 cm. Menurut Munggaran (2004)
rata-rata panjang dada Sentul betina 9,5 cm dan pada jantan 11,6 cm.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata panjang dada pada
penelitian ini lebih besar. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata
panjang dada pada ayam Sentul yang diteliti sebelumnya. Terjadinya peningkatan
ini disebabkan kedua galur ayam sentul
yang diteliti sudah sangat peka terhadap keadaan lingkungan sehingga perubahan
lingkungan yang sedikit saja dapat mempengauhi korelasi dari dua sifat yang
diukur.
Nilai hasil pendugaan rata-rata
populasi panjang dada Sentul betina galur Abu diperoleh 14,8 cm sampai dengan
15,5 cm, sedangkan galur betina Putih 14,5 cm sampai dengan 15,6 cm. Sentul
jantan galur Abu 17,0 cm sampai dengan 17,8 cm, dan jantan galur Putih berkisar
antara 17,1 cm sampai dengan 17,9 cm.
Nilai kofisien variasi ukuran panjang
dada menunjukkan nilai yang seragam yaitu di bawah 10%. Koefisien variasi
tingkat keseragaman yang paling tinggi
pada ayam Sentul jantan galur Putih sebesar 4,8%, selanjutnya pada ayam Sentul
jantan galur Abu sebesar 5,8%. Kemudian pada ayam Sentul betina galur Abu
menunjukkan nilai keragaman lebih tinggi sebesar 6,3%, sedangkan betina galur
Putih memiliki keragaman paling tinggi sebesar 9,1%. Hal ini menunjukkan bahwa
jantan pada dua galur lebih seragam dari betina pada masing-masing galur
tersebut.
Hasil analisis uji t-student menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
nyata (P>0,05) antara ukuran panjang dada ayam Sentul galur Abu dan Putih
jenis kelamin jantan dan betina.
Menurut Mansjoer (1985) Dada merupakan tempat peletakan daging, sehingga dapat
menunjukan produksi daging pada seekor ternak ayam. Semakin banyaknya produksi
daging pada dada maka bobot badan akan lebih besar. Tidak adanya perbedaan yang
nyata dipengaruhi seleksi dan genetik
antar kedua galur selain juga dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan
disini termasuk pakan, kelembapan suhu, dan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadapnya, sedangkan genetik merupakan potensi yang dimiliki oleh individu
yang diturunkan tetuanya. Sifat produksi yang diturunkan oleh tetuanya akan berkembang
secara maksimal apabila didukung oleh lingkungan yang baik.
Ukuran
Lingkar Dada (LD)
Menurut Mansjoer (1985)
lingkar dada pada ayam berhubungan pada produksifitas daging. Lingkar dada
merupakan lingkar tubuh dari belakang sayap beserta tulang dada. Hasil pengukuran lingkar dada dapat dilihat
pada Tabel 1. Ukuran Lingkar dada pada ayam Sentul
jenis kelamin betina galur Abu memiliki rata-rata 32,5 cm dan pada jantan 35,2
cm; sedangkan galur Putih rata-rata 32,7 cm pada betina dan 35,8 pada jantan. Menurut
Munggaran (2004) ayam Sentul memiliki lingkar
dada 29,0 cm pada betina dan 32,9 cm pada jantan. Ukuran lingkar dada yang
dihasilkan pada penelitan ini lebih tinggi dibandingkan hasil sebelumnya,
karena ayam Sentul merupakan hasil seleksi. Penelitian yang dilakukan Munggaran
(2004) belum mengalami seleksi.
Besarnya
nilai pendugaan rata-rata populasi dari pengukuran lingkar dada setiap galur
ayam Sentul adalah berkisar antara 31,9 cm sampai 33,2 cm pada betina Abu, dan
31, 8 cm sampai 33,5 cm pada betina Putih, sedangkan pada jenis kelamin jantan
Abu berkisar antara 34,4 cm sampai 35,9 cm dan jantan Putih berkisar antara
35,1 cm sampai dengan 36,5 cm.
Tingkat
keragaman ukuran lingkar dada pada kedua galur baik jantan maupun betina dapat
dikatakan seragam. Nilai koefisien variasi yang didapatkan paling rendah
sebesar 4,0 % (ayam Sentul jantan galur Putih) dan tertinggi adalah 7,1 % (ayam Sentul betina
galur Putih). Hal ini dipengaruhi oleh seleksi yang dilakukan, dimana seleksi
dengan kriteria bobot badan umur 10 minggu telah dilakukan pada ayam jantan
(Iskandar et al., 2012), sehingga
pada ayam jantan lebih seragam di banding ayam betina.
Menurut hasil analisis uji t-student yang dilakukan menunjukan bahwa dua
galur ayam sentul tidak berbeda nyata (P>0,05), karena kondisi pemeliharaan
dan pembarian ransum yang sama. Berdasarkan
kekerabatannya kedua galur ayam sentul sangat dekat sehingga pada ukuran-ukuran
sifat fenotipnya banyak kesamaan. Hasil ini seperti yang dinyatakan oleh
Sartika et al., (2004) bahwa ayam
Sentul dan ayam Kampung sangat dekat kekerabatanya karena berdasarkan
fenotipnya ayam kampung banyak kesamaannya dengan ayam sentul. Potensi yang
dimiliki oleh seekor ternak akan muncul dengan sitem pemeliharaan dan pemberian
pakan yang baik